Jumat, 30 Desember 2011

Rahasia Vampire


Vampire


Vampire
Profesor yang berasal dari Purdue University, Indiana, Amerika Serikat (AS) mengungkap rahasia abad vampir. Apa sajakah rahasianya itu?


“Kisah seorang vampir sudah ada sejak ribuan tahun silam. Bahkan, sebelum masa Alkitab muncul sudah ada bukti yang membuat orang percaya keberadaan makhluk seperti vampir,” ungkap sang profesor.

Profesor yang telah pergi ke rumah Drakula di Transylvania, Rumania, dan mengatakan, perpaduan ketakutan dan pesona merupakan mengapa mitos ini tak pernah mati begitu saja.

Vampir seperti manusia yang memaksa manusia menyimpulkan bagaimana vampir berindak dan berlaku, lanjutnya.

"Di saat yang sama, konsep supernatural seperti ini melanggar kategori alam. Vampir itu sendiri seperti manusia namun tak seperti manusia. Vampir itu telah mati dan meminum darah. Jika banyak fitur ini dilanggar, konsep supernatural ini akan abadi,” paparnya.

Sang profesor ini pun mengatakan, bahwa manusia memiliki keengganan alami pada hal yang mati karena tubuh mati membawa penyakit.

"Kematian sendiri sangat sulit dicerna karena gagasan orang itu tak lagi ada. Vampir sendiri mengaktifkan kejijikan dalam pikiran karena manusia takut vampir mengkontaminasi mereka,” katanya.

Di sisi yang lain, manusia sangat tertarik pada vampir karena mewujudkan gagasan jiwa bisa terus ada hingga kematian. Manusia itu sendiri sangat tertarik pada kekuatan supranatural seperi yang dimilik vampire.

“Vampir menarik karena mereka memiliki kekuatan di atas manusia. Kemampuan khusus ini secara berkala menciptakan kekhawatiran serta ketakjuban seperti persaan kita yang tertarik pada selebriti. Karenanya, vampir akan terus hidup hingga bertahun-tahun,” tutupnya.

Tentang Vampire :Vampir adalah tokoh dalam mitologi dan legenda yang hidup dengan memakan intisari kehidupan (biasanya dalam bentuk darah) dari makhluk hidup lain. Meskipun kepercayaan terhadap setan penghisap darah terdapat dalam berbagai budaya dan telah ada sejak zaman kuno, istilah vampir sendiri baru populer pada awal abad ke-18 setelah masuknya legenda vampir ke Eropa Barat dari daerah Balkan dan Eropa Timur.Di daerah-daerah tersebut juga terdapat legenda mengenai makhluk-makhluk seperti vampir, misalnya vrykolakas di Yunani dan strigoi di Rumania yang juga ikut meningkatkan kepercayaan vampir di Eropa.

Vampir dalam legenda Balkan dan Eropa Timur memiliki penampilan yang beragam (mulai dari makhluk mirip manusia sampai mayat hidup) sedangkan di Eropa Barat, vampir digambarkan sebagai makhluk yang berpenampilan rapi dan mewah. Adalah cerita The Vampyre (1819) karangan John Polidori yang membentuk citra tersebut. Karya tersebut dianggap sebagai karya tentang vampir yang paling berpengaruh di awal abad ke19 dan telah mengilhami karya-karya selanjutnya seperti Varney the Vampire dan bahkan Dracula.

Novel Dracula (1897) karya Bram Stoker dikenang sebagai karya klasik yang menjadi dasar bagi cerita vampir di masa modern. Novel Dracula mengambil unsur dari legenda manusia serigala dan setan sejenisnya, dan menggabungkannya dengan konsep keabadiaan serta sistem masyarakat masa Victoria.Suksesnya buku ini memicu munculnya genre vampir yang masih tetap populer hingga saat ini melalui buku, film, permainan video, dan acara televisi. Vampir juga telah menjadi figur dominan dalam genre horor.

Vampir umumnya diceritakan keluar dari makamnya pada malam hari untuk menggigit orang-orang dengan taringnya yang panjang dan mengisap darah mereka. Korban yang digigitnya biasanya akan menjadi vampir juga. Menurut beberapa mitos, vampir tidak tampak di cermin karena mereka tidak memiliki jiwa. Dalam cerita fiksi modern, vampir bisa menjelma menjadi kelelawar, serigala, bahkan gumpalan gas, dan harus menjauhkan diri dari sinar matahari.

Asal-usul cerita vampir

Banyak teori tentang asal-usul kepercayaan vampir telah diajukan untuk menjelaskan takhayul, dan histeria massal yang disebabkan oleh vampir. Mulai dari Pemakaman dini sampai ketidaktahuan mengenai siklus pembusukan tubuh setelah kematian disebut-sebut sebagai penyebab kepercayaan vampir.

Penyakit menular

Cerita vampir telah dikaitkan dengan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang misterius dan tidak diketahui, biasanya yang terjadi dalam suatu keluarga atau komunitas kecil. Epidemi jelas terjadi dalam kasus Peter Plogojowitz dan Arnold Paole, dan bahkan dalam kasus Mercy Brown serta dalam kepercayaan vampir di New England, yaitu ketika suatu penyakit tertentu, tuberkulosis, diasosiasikan dengan munuculnya vampirisme. Seperti juga penyakit pes yang menyebabkan rusaknya jaringan paru-paru sehingga darah mengalir di bibir.

Porfiria

Pada tahun 1985, seorang biokimiawan David Dolphin mengajukan sebuah pendapat mengenai kaitan antara penyakit porfiria dengan cerita vampir. Kondisi porfiria dikendalikan oleh heme, sehingga David berpendapat bahwa konsumsi darah dalam jumlah besar bisa mengakibatkan heme entah bagaimana melewati dinding perut dan bergerak menuju aliran darah. Jadi menurutnya vampir hanyalah penderita porfiria yang berusaha mencari heme pengganti untuk meringankan gejalanya.

Teori ini telah ditolak secara medis karena pendapat bahwa penderita porfiria membutuhkan heme dalam darah, atau bahwa konsumsi darah dapat mengurangi gejala porfiria, didasarkan pada kesalahpahaman tentang penyakit itu. Selain itu, Davis sendiri sebenarnya bingung dalam membedakan antara vampir dalam fiksi (pengisap darah) dengan vampir dalam cerita rakyat, yang banyak di antaranya tidak meminum darah Penyakit itu juga dikaitkan dengan kepekaan vampir terhadap cahaya, namun sifat vampir yang takut cahaya berasal dari fiksi bukan cerita rakyat. David tidak mengedarkan temuannya lebih lanjut. Meskipun ditolak oleh para ahli, teori itu mendapat perhatian dari media dan menjadi cerita yang populer.

Rabies

Rabies juga dikaitkan dengan cerita vampir. Dr Juan Gómez-Alonso, seorang neurolog di rumah sakit Xeral di Vigo, Spanyol, mengungkapkan kemungkinan tersebut dalam sebuah laporan di jurnal Neurology. Kelemahan terhadap bawang putih dan cahaya bisa disebabkan oleh hipersensitivitas, yang merupakan gejala rabies. Penyakit ini juga bisa memengaruhi sebagian otak dan berujung pada gangguan pola tidur (sehingga menjadi nokturnal) dan hiperseksualitas. Menurut legenda, seseorang tidak menderita rabies jika bisa melihat bayangannya sendiri di cermin (sebuah kiasan dari legenda bahwa vampir tak punya bayangan). Serigala dan kelelawar, yang sering diasosiasikan dengan vampir, bisa menjadi pembawa rabies. Penyakit ini juga bisa memicu penderitanya menggigit orang lain dan membuat mulutnya berbuih darah.

Psikodinamika

Dalam risalah pada tahun 1931 yang berjudul On the Nightmare, seorang psikoanalis asal Wales, Ernest Jones, menyatakan bahwa vampir merupakan simbol dari tindakan tidak sadar dan mekansime pertahanan diri. Cinta, rasa bersalah, dan kebencian adalah emosi yang memicu gagasan mengenai kebangkitan mayat dari dalam kubur. Karena kerabat yang disayangi telah meninggal, banyak orang yang mungkin membayangkan bahwa almarhum juga pasti merindukannya. Dari hal ini munculah kepercayaan bahwa vampir dan mayat hidup mengujungi kerabatnya, terutama istri atau suami.

Namun dalam kasus ketika ada rasa bersalah yang dikaitkan dengan suatu hubungan, keinginan untuk reuni kemungkinan digerogoti oleh kecemasan. Ini akan berujung pada represi, yang oleh Sigmund Freud dihubungkan dengan ketakutan yang tidak wajar.

Ernest Jones menduga dalam kasus ini harapan awal yang berupa reuni (seksual) secara drastis digantikan oleh rasa takut; Cinta digantikan oleh kekejaman, dan sosok yang disayangi berganti menjadi sosok yang tak dikenal. Aspek seksual bisa muncul dan bisa juga tidak.

Beberapa kritikus modern mengajukan sebuah teori yang lebih sederhana: Cerita mengenai vampir yang abadi muncul dari pikiran orang-orang yang takut akan kematian. Dengan membayangkan ada suatu makhluk abadi, mereka setidaknya untuk sementara lepas dari rasa takut itu.

Aspek seksualitas dari proses pengisapan darah dapat dilihat dalam kaitan dengan kanibalisme dan incubus. Banyak legenda menceritakan berbagai makhluk yang mengisap cairan tubuh korbannya, dan mungkin ada hubungannya dengan air mani. Ernest Jones menyebutkan bahwa ketika aspek seksualitas yang normal tertekan, bentuk yang lebih rendah bisa saja muncul, khususnya kekejaman; dia merasa kekejaman pada mulut adalah bagian dari perilaku vampir.

Interpretasi politik

Penciptaan kembali mitos vampir pada masa modern terjadi dengan adanya nuansa politik.Count Dracula yang aristokrat, sendirian di kastilnya dengan ditemani beberapa pengkikut gila, dan hanya muncul pada malam hari untuk memangsa penduduk desa, merupakan simbol dari rezim Ancien yang bagaikan parasit. Werner Herzog, dalam Nosferatu the Vampyre, memberikan kejutan yang ironis dalam interpretasi politiknya, yaitu ketika pahlawan agen lahan yasan muda dalam ceritanya menjadi vampir berikutnya; dalam kasus ini seorang borjuis kapitalis menjadi kelas parasit berikutnya.

Psikopatologi

Sejumlah pembunuh melakukan ritual seperti vampir terhadap korbannya. Pembunuh berantai Peter Kürten dan Richard Trenton Chase disebut sebagai "para vampir" di tabloid setelah mereka diketahui meminum darah orang-orang yang mereka bunuh. Pada tahun 1932, sebuah kasus pembunuhan yang tak terpecahkan di Stockholm, Swedia disebut "pembunuhan oleh Vampir", karena kondisi kematian dari korban-korbannya. Seorang bangsawan wanita Hungaria pada akhir abad le-16 disebut-sebut melakukan pembunuhan massal dan digambarkan bahwa dia mandi dalam darah korban-korbannya untuk memperoleh kecantikan abadi.

Kelelawar vampir di Peru.

Meskipun hewan ini sudah diceritakan dalam beberapa kebudayaan, tapi kelelawar vampir menjadi bagian dalam cerita vampir baru-baru ini. Kelelawar vampir mulai dimasukkan dalam cerita vampir ketika hewan ini ditemukan di daratan Amerika Selatan pada abad ke-16. Walaupun tidak ada kelelawar vampir di Eropa, kelelawar dan burung hantu telah sejak lama diasosiasikan dengan pertanda nasib dan supernatural, terutama disebabkan oleh perilaku mereka yang aktif pada malam hari, dan dalam simbolisme Inggris, kelelawar bermakna "Kesadaran atas kekuasaan kegelapan dan kekacauan

Dari tiga spesies kelelawar vampir, semuanya merupakan endemi di Amerika Latin, dan tak ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan ini pernah punya kaitan dengan Dunia Lama sehingga hampir tidak mungkin bahwa cerita vampir berasal dari kelelawar vampir. Kelelawar ini dinamai berdasarkan cerita vampir dan bukan sebaliknya; Oxford English Dictionary mencatat bahwa keterlibatan kelelawar vampir dalam cerita vampir di Inggris dimulai sejak 1734. Walaupun gigitan kelelawar vampir biasanya tidak berbahaya bagi manusia, hewan ini diketahui sering menyerang ternak dan bahkan manusia, dan seringkali meninggalkan tanda berupa dua bekas gigitan di kulit korbannya.

Dalam novel Dracula, tokoh fiksi Drakula beberapa kali berubah menjadi kelelawar, dan kelelawar vampir sendiri disebutkan sebanyak dua kali dalam novel itu. Kemampuan untuk berubah menjadi kelelawar juga muncul dalam adaptasi filmnya, yaitu Dracula, tahun 1927, begitu juga dalam film Dracula tahun 1931, ketika Bela Lugosi berubah menjadi seekor kelelawar. Perubahan menjadi kelelawar dilakukan lagi oleh Lon Chaney Jr. dalam film tahun 1943, Son of Dracula.

The Legends of Vampire (The Cold One)


Vampire myths go back thousands of years and occur in almost every culture around the world. Their variety is almost endless; from red eyed monsters with green or pink hair in China to the Greek Lamia which has the upper body of a woman and the lower body of a winged serpent; from vampire foxes in Japan to a head with trailing entrails known as the Penanggalang in Malaysia.
However, the vampires we are familiar with today, although mutated by fiction and film, are largely based on Eastern European myths. The vampire myths of Europe originated in the Far East, and were transported from places like China, Tibet and India with the trade caravans along the silk route to the Mediterranean. Here they spread out along the Black Sea coast to Greece, the Balkans and of course the Carpathian Mountains, including Hungary and Transylvania.
Our modern concept of the vampire still retains threads, such as blood drinking, return from death, preying on humans at night, etc in common with the Eastern European myths. However many things we are familiar with; the wearing of evening clothes, capes with tall collars, turning into bats, etc are much more recent inventions.
On the other hand, many features of the old myths such as the placing of millet or poppy seeds at the gravesite in order to keep the vampire occupied all night counting seeds rather than preying on relatives, have all but disappeared from modern fiction and film.
Even among the Eastern European countries there is a large variety of vampires.

SLAVIC VAMPIRES:
The Slavic people including most east Europeans from Russia to Bulgaria, Serbia to Poland, have the richest vampire folklore and legends in the world. The Slavs came from north of the Black Sea and were closely associated with the Iranians. Prior to 8th century AD they migrated north and west to where they are now.
Christianization began almost as soon as they arrived in their new homelands. But through the 9th and 10th centuries the Eastern Orthodox Church and the western Roman Church were struggling with each other for supremacy. They formally broke in 1054 AD, with the Bulgarians, Russians, and Serbians staying Orthodox, while the Poles, Czechs, and Croatians went Roman. This split caused a big difference in the development of vampire lore - the Roman church believed incorrupt bodies were saints, while the Orthodox Church believed they were vampires.
The origin of Slavic vampire myths developed during 9th C as a result of conflict between pre-Christian paganism and Christianity. Christianity won out with the vampires and other pagan beliefs surviving in folklore.
Causes of vampirism included: being born with a caul, teeth, or tail, being conceived on certain days, irregular death, excommunication, improper burial rituals etc. Preventative measures included: placing a crucifix in the coffin, or blocks under the chin to prevent the body from eating the shroud, nailing clothes to coffin walls for the same reason, placing millet or poppy seeds in the grave because vampires had a fascination with counting, or piercing the body with thorns or stakes.
Evidence that a vampire was at work in the neighbourhood included: death of cattle, sheep, relatives, neighbours, exhumed bodies being in a lifelike state with new growth of the fingernails or hair, or if the body was swelled up like a drum, or there was blood on the mouth and if the corpse had a ruddy complexion.
Vampires could be destroyed by staking, decapitation (the Kashubs placed the head between the feet), burning, repeating the funeral service, holy water on the grave, exorcism.

ROMANIA:
Romania is surrounded by Slavic countries, so it isn't surprising that their vampires are variants of the Slavic vampire. They are called Strigoi based on the Roman term strix for screech owl which also came to mean demon or witch.
There are different types of strigoi: strigoi vii are live witches who will become vampires after death. They can send out their soul at night to meet with other witches or with Strigoi mort who are dead vampires. The strigoi morts are the reanimated bodies which return to suck the blood of family, livestock, and neighbours.
A person born with a caul, tail, born out of wedlock, or one who died an unnatural death, or died before baptism, was doomed to become a vampire. As was the seventh child of the same sex in a family, the child of a pregnant woman who didn't eat salt or was looked at by a vampire, or a witch. And naturally, being bitten by vampire meant certain condemnation to a vampiric existence after death.
The Vircolac which is sometimes mentioned in folklore was more closely related to a mythological wolf that could devour the sun and moon and later became connected with werewolves rather than vampires. The person afflicted with lycanthropy could turn into a dog, pig, or wolf.
The vampire was usually first noticed when it attacked family and livestock, or threw things around in the house. Vampires, along with witches, were believed to be most active on the Eve of St George's Day (April 22 Julian, May 4 Gregorian calendar), the night when all forms of evil were supposed to be abroad. St Georges Day is still celebrated in Europe.
A vampire in the grave could be told by holes in the earth, an undecomposed corpse with a red face, or having one foot in the corner of the coffin. Living vampires were found by distributing garlic in church and seeing who didn't eat it.
Graves were often opened three years after death of a child, five years after the death of a young person, or seven years after the death of an adult to check for vampirism.
Measures to prevent a person becoming a vampire included, removing the caul from a newborn and destroying it before the baby could eat any of it, careful preparation of dead bodies, including preventing animals from passing over the corpse, placing a thorny branch of wild rose in the grave, and placing garlic on windows and rubbing it on cattle, especially on St George's & St Andrew's days.
To destroy a vampire, a stake was driven through the body followed by decapitation and placing garlic in the mouth. By the 19th century people were shooting a bullet through the coffin. For resistant cases, the body was dismembered and the pieces burned, mixed with water, and given to family members as a cure.

GYPSIES AND VAMPIRES:
Even today, Gypsies frequently feature in vampire fiction and film, no doubt influenced by Bram Stoker's book "Dracula" in which the Szgany gypsies served Dracula, carrying his boxes of earth and guarding him.
In reality, Gypsies originated as nomadic tribes in northern India, but got their name from the early belief that they came from Egypt. By 1000 AD they started spreading westward and settled in Turkey for a time, incorporating many Turkish words into their Romany language.
By the 14th century they were all through the Balkans and within two more centuries had spread all across Europe. Gypsies arrived in Romania a short time before Vlad Dracula was born in 1431.
Their religion is complex and varies between tribes, but they have a god called O Del, as well as the concept of Good and Evil forces and a strong relationship and loyalty to dead relatives. They believed the dead soul entered a world similar to ours except that there is no death. The soul stayed around the body and sometimes wanted to come back. The Gypsy myths of the living dead added to and enriched the vampire myths of Hungary, Romania, and Slavic lands.
The ancient home of the Gypsies, India has many mythical vampire figures. The Bhuta is the soul of a man who died an untimely death. It wandered around animating dead bodies at night and attacked the living like a ghoul. In northern India could be found the brahmaparusha, a vampire-like creature with a head encircled by intestines and a skull from which it drank blood.
The most famous Indian vampire is Kali who had fangs, wore a garland of corpses or skulls and had four arms. Her temples were near the cremation grounds. She and the goddess Durga battled the demon Raktabija who could reproduce himself from each drop of blood spilled. Kali drank all his blood so none was spilled, thereby winning the battle and killing Raktabija.
Sara or the Black Goddess is the form in which Kali survived among Gypsies. Gypsies have a belief that the three Marys from the New Testament went to France and baptised a Gypsy called Sara. They still hold a ceremony each May 24th in the French village where this is supposed to have occurred.
One Gypsy vampire was called a mullo (one who is dead). This vampire was believed to return and do malicious things and/or suck the blood of a person (usually a relative who had caused their death, or not properly observed the burial ceremonies, or who kept the deceased's possessions instead of destroying them as was proper.)
Female vampires could return, lead a normal life and even marry but would exhaust the husband. Anyone who had a hideous appearance, was missing a finger, or had animal appendages, etc. was believed to be a vampire.
Even plants or dogs, cats, or farm animals could become vampires. Pumpkins or melons kept in the house too long would start to move, make noises or show blood.
To get rid of a vampire people would hire a dhampire (the son of a vampire and his widow) to detect the vampire. To ward off vampires, gypsies drove steel or iron needles into a corpse's heart and placed bits of steel in the mouth, over the eyes, ears and between the fingers at the time of burial. They also placed hawthorn in the corpse's sock or drove a hawthorn stake through the legs. Further measures included driving stakes into the grave, pouring boiling water over it, decapitating the corpse, or burning it.
In spite of the disruption of Gypsy lives by the various eastern European communist regimes, they still retain much of their culture. In 1992 a new king of the Gypsies was chosen in Bistritz, Romania.

BATS AND COFFINS:
The truth about vampires turning into a bat, well, there is no truth at all. Vampires can't turn into a bat. Along with the coffin thing, they don't sleep at all. If you think I'm saying this because of Stephanie Meyar's Twilight, youre wrong. I did research on the the myths, and, 'vampire experts' say, that vampires DO NOT turn into bats, sleep in coffins, and they aren't afraid of garlic, it's just that their noses are sensitive and simply don't like the smell, it does nothing to repell them. (And the cross and holy water thing is a MYTH too.)

EIGHTEENTH CENTURY VAMPIRE CONTROVERSY:
Today everyone is familiar with vampires, but in Britain very little was known of vampires prior to the 18th century. What brought the vampire to the attention of the general public? During the 18th century there was a major vampire scare in Eastern Europe. Even government officials frequently got dragged into the hunting and staking of vampires.
This controversy was directly responsible for England's current vampire myths. In fact, the word Vampire only came into English language in 1732 via an English translation of a German report of the much publicized Arnold Paole vampire staking in Serbia.
Western scholars seriously considered the existence of vampires for the first time rather than just brushing them off as superstition. It all started with an outbreak of vampire attacks in East Prussia in 1721 and in the Austro-Hungarian Empire from 1725-1734.
Two famous cases involved Peter Plogojowitz and Arnold Paole. Plogojowitz died at the age of 62, but came back a couple of times after his death asking his son for food. When the son refused, he was found dead the next day. Soon Plogojowitz returned and attacked some neighbours who died from loss of blood.
In the other famous case Arnold Paole, an ex-soldier turned farmer who had been attacked by a vampire years before, died while haying. After death people began to die and it was believed by everyone that Paole had returned to prey on the neighbours.
These two incidents were extremely well documented. Government officials examined the cases and the bodies, wrote them up in reports, and books were published afterwards of the Paole case and distributed around Europe. The controversy raged for a generation. The problem was exacerbated by rural people having an epidemic of vampire attacks and digging up bodies all over the place. Many scholars said vampires didn't exist - they attributed reports to premature burial, or rabies which causes thirst.
However, Dom Augustine Calmet, a well respected French theologian and scholar, put together a carefully thought out treatise in 1746 which said vampires did exist. This had considerable influence on other scholars at the time.
Eventually, Austrian Empress Marie Theresa sent her personal physician to investigate. He said vampires didn't exist and the Empress passed laws prohibiting the opening of graves and desecration of bodies. This was the end of the vampire epidemics. But by then everyone knew about vampires and it was only a matter of time before authors would preserve and mould the vampire into something new and much more accessible to the general public.


Legenda Vampire (The Cold One) - in Indonesian

Mitos Vampire kembali dari ribuan tahun dan terjadi di hampir setiap kebudayaan di seluruh dunia. Berbagai cerita tentang mereka hampir tak ada habisnya, dari monster bermata merah dengan rambut hijau atau merah muda di China kemudian ke  Lamia Yunani yang memiliki tubuh bagian atas seorang wanita dan tubuh bagian bawah seperti seekor ular dan bersayap, dari rubah Vampir di Jepang ke kepala dengan isi perut terurai dikenal sebagai Penanggalang di Malaysia.

Namun, Vampire yang kita kenal sekarang, meskipun bermutasi oleh fiksi dan film, sebagian besar berdasarkan pada mitos Eropa Timur. Mitos Vampire Eropa berasal di Timur Jauh, dan diangkut dari tempat-tempat seperti Cina, Tibet dan India dengan kafilah-kafilah dagang sepanjang rute sutra ke Mediterania. Di sini mereka menyebar di sepanjang pantai Laut Hitam ke Yunani, Balkan dan tentu saja Pegunungan Carpathian, termasuk Hungaria dan Transylvania.

Konsep modern kita dari Vampire masih mempertahankan benang (sejarah asalnya), seperti minum darah, kembali dari kematian, memangsa manusia di malam hari, dll, Kesamaan dengan mitos Eropa Timur. Namun banyak hal yang kita kenal, mengenakan pakaian malam, jubah dengan kerah tinggi, berubah menjadi kelelawar, dll adalah penemuan yang jauh lebih baru.

Di sisi lain, banyak fitur dari mitos-mitos lama seperti menempatkan biji millet atau poppy di pemakaman dalam rangka untuk menjaga Vampire itu diduduki sepanjang malam menghitung benih ketimbang memangsa kerabat, memiliki semua tapi menghilang dari fiksi modern dan film.

Bahkan di antara negara-negara Eropa Timur ada berbagai macam vampir.


SLAVIC VAMPIRES (Slavia Vampire) :

Orang-orang Slavia termasuk Eropa timur yang berpaling dari Rusia ke Bulgaria, Serbia ke Polandia, memiliki cerita rakyat dan legenda Vampire terkaya di dunia. Slavia datang dari utara Laut Hitam dan erat kaitannya dengan Iran. Sebelum abad ke-8 mereka bermigrasi ke utara dan barat di mana sekarang mereka menetap.

Kristenisasi mulai disebarkan setelah mereka tiba di tanah air baru mereka. Tapi melalui abad ke-9 dan ke-10 Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Romawi barat sedang berjuang dengan satu sama lain demi supremasi. Secara resmi mereka pecah pada tahun 1054 M, dengan Bulgaria, Rusia, dan Serbia tetap dengan Ortodoks, sedangkan Polandia, Ceko, dan Kroasia pergi Romawi. Perpecahan ini menyebabkan perbedaan besar dalam pengembangan cerita Vampire - Gereja Roma percaya bahwa mayat orang suci tidak membusuk, sementara Gereja Ortodoks percaya bahwa mereka Vampire.

Asal mitos Vampire Slavia dikembangkan selama 9 C sebagai akibat dari konflik antara paganisme pra-Kristen dan Kristen. Kekristenan menang dengan Vampire dan kepercayaan pagan lainnya yang masih hidup dalam cerita rakyat.

Penyebab menjadi Vampire adalah: terlahir dengan Caul, gigi, atau ekor, yang dikandung pada hari tertentu, kematian tidak teratur, ekskomunikasi, ritual penguburan yang tidak benar dll.
Tindakan pencegahannya adalah: menempatkan salib di peti mati, atau blok bawah dagu untuk mencegah tubuh dari makan kain kafan, dipaku ke dinding peti pakaian untuk alasan yang sama, menempatkan biji millet atau opium di kuburan karena Vampire akan tertarik dan menghitung, atau menusuk tubuh dengan duri atau taruhan.

Bukti bahwa Vampire sedang bekerja di lingkungan adalah: kematian sapi, domba, kerabat, tetangga, mayat digali berada dalam keadaan manusia hidup dengan pertumbuhan baru dari kuku atau rambut, atau jika tubuh itu membengkak seperti drum, atau ada darah di mulut dan jika mayat itu memiliki kulit kemerahan.

Vampire bisa dihancurkan dengan mempertaruhkan, pemenggalan kepala (yang Kashubs ditempatkan kepala antara kaki), membakar, mengulangi upacara pemakaman, air suci pada eksorsisme, kuburan.


ROMANIA:

Rumania dikelilingi oleh negara-negara Slavia, sehingga tidak mengherankan bahwa mereka adalah vampir varian dari Slavia vampir. Mereka disebut strigoi didasarkan pada jangka strix Romawi untuk burung hantu yang juga datang berarti iblis atau penyihir.

Ada berbagai jenis strigoi: strigoi vii adalah penyihir hidup yang akan menjadi vampir setelah kematian. Mereka dapat mengirimkan jiwa mereka pada malam hari untuk bertemu dengan penyihir lain atau dengan strigoi mort yang vampir mati. Para morts strigoi adalah badan reanimated yang kembali untuk menghisap darah keluarga, ternak, dan tetangga.

Orang yang lahir dengan ekor, Caul, lahir di luar nikah, atau satu yang meninggal kematian yang tidak wajar, atau meninggal sebelum pembaptisan, ditakdirkan untuk menjadi vampir. Seperti anak ketujuh dari jenis kelamin yang sama dalam keluarga, anak dari seorang wanita hamil yang tidak makan garam atau melihat oleh vampir, atau penyihir.Dan tentu saja, digigit oleh vampir berarti kecaman tertentu untuk keberadaan vampirik setelah kematian.

Para Vircolac yang kadang-kadang disebutkan dalam cerita rakyat lebih erat terkait dengan serigala mitologis yang bisa melahap matahari dan bulan dan kemudian menjadi dihubungkan dengan manusia serigala daripada vampir. Orang yang menderita lycanthropy bisa berubah menjadi babi, anjing, atau serigala.

Vampir itu biasanya pertama melihat ketika menyerang keluarga dan ternak, atau melemparkan hal-hal di sekitar rumah. Vampir, bersama dengan penyihir, diyakini untuk menjadi yang paling aktif pada malam Hari St George (22 April Julian, kalender Gregorian Mei 4), malam ketika semua bentuk kejahatan seharusnya di luar negeri. St Georges Hari masih dirayakan di Eropa.

Seorang vampir dalam kubur akan bisa dituturkan oleh lubang di bumi, sebuah mayat undecomposed dengan wajah merah, atau memiliki satu kaki di sudut peti mati. Hidup vampir ditemukan dengan mendistribusikan bawang putih di gereja dan melihat yang tidak memakannya.

Makam-makam sering dibuka tiga tahun setelah kematian anak, lima tahun setelah kematian orang muda, atau tujuh tahun setelah kematian orang dewasa untuk memeriksa vampir.

Langkah-langkah untuk mencegah seseorang menjadi vampir yang termasuk, menghapus Caul dari bayi yang baru lahir dan menghancurkannya sebelum bayi bisa makan semua itu, dengan persiapan yang cermat mayat, termasuk mencegah hewan dari melewati mayat, menempatkan cabang berduri liar naik dalam kubur, dan menempatkan bawang putih di jendela dan menggosok pada ternak, terutama di St George & hari St Andrew.

Untuk menghancurkan vampir, saham yang didorong melalui tubuh diikuti dengan pemenggalan kepala dan bawang putih menempatkan di dalam mulut. Pada abad ke-19 orang menembak peluru melalui peti mati. Untuk kasus resisten, tubuh itu dipotong-potong dan potongan dibakar, dicampur dengan air, dan diberikan kepada anggota keluarga sebagai obat.


GYPSIES AND VAMPIRES (Gipsi dan Vampire):

Bahkan saat ini, Gipsi sering fitur dalam fiksi vampir dan film, tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh buku Bram Stoker "Dracula" di mana para gipsi Szgany dilayani Dracula, membawa kotak-kotaknya bumi dan menjaga dia.

Pada kenyataannya, Gipsi berasal sebagai suku-suku nomaden di utara India, tetapi mendapatkan nama mereka dari keyakinan awal bahwa mereka datang dari Mesir.Dengan 1000 Masehi mereka mulai menyebar ke arah barat dan menetap di Turki untuk sementara waktu, menggabungkan kata-kata ke dalam bahasa Turki banyak Romani mereka.

Pada abad ke-14 mereka semua melalui Balkan dan dalam dua abad lebih telah menyebar di seluruh Eropa. Gipsi tiba di Rumania waktu singkat sebelum Vlad Dracula lahir pada tahun 1431.

Agama mereka adalah kompleks dan bervariasi antara suku-suku, tetapi mereka memiliki dewa yang disebut O Del, serta konsep kekuatan Baik dan Jahat dan hubungan yang kuat dan loyalitas kepada saudaranya yang telah meninggal. Mereka percaya jiwa orang mati memasuki sebuah dunia yang mirip dengan kita kecuali bahwa tidak ada kematian. Jiwa tinggal di sekitar tubuh dan kadang-kadang ingin kembali. Gipsi mitos dari orang mati yang hidup ditambah dan diperkaya mitos vampir dari Hungaria, Rumania, dan tanah Slavia.

Rumah kuno Gipsi, India memiliki banyak tokoh mitos vampir. Para Bhuta adalah jiwa dari seorang pria yang meninggal suatu kematian mendadak. Ini berkeliling menghidupkan mayat di malam hari dan menyerang hidup seperti seorang raksasa. Di India utara dapat ditemukan brahmaparusha, sebuah makhluk vampir-seperti dengan kepala dikelilingi oleh usus dan tengkorak dari yang minum darah.

India vampir paling terkenal adalah Kali yang memiliki taring, mengenakan karangan bunga mayat atau tengkorak dan memiliki empat lengan. Pelipisnya dekat dasar kremasi.Dia dan Dewi Durga memerangi Raktabija iblis yang bisa mereproduksi dirinya dari setiap tetes darah yang tumpah. Kali meminum seluruh darahnya sehingga tidak ada yang tumpah, sehingga memenangkan pertempuran dan membunuh Raktabija.

Sara atau Dewi Hitam adalah bentuk di mana Kali bertahan di antara orang-orang Gipsi.Gipsi memiliki keyakinan bahwa tiga Maria dari Perjanjian Baru pergi ke Prancis dan dibaptiskan Gipsi yang disebut Sara. Mereka masih mengadakan upacara masing-masing 24 Mei di desa Perancis di mana hal ini seharusnya terjadi.

Satu vampir Gipsi itu disebut mullo (orang yang mati). Vampire ini diyakini untuk kembali dan melakukan hal-hal berbahaya dan / atau menghisap darah seseorang (biasanya seorang kerabat yang telah menyebabkan kematian mereka, atau tidak benar mengamati upacara pemakaman, atau yang disimpan harta almarhum bukan menghancurkan mereka sebagai layaknya).

Vampire wanita bisa kembali, menjalani hidup normal dan bahkan menikah, namun akan buang suami. Siapapun yang memiliki penampilan mengerikan, hilang jari, atau memiliki pelengkap hewan, dll diyakini Vampire.

Bahkan tanaman atau anjing, kucing, atau hewan ternak bisa menjadi Vampire.Labu atau melon disimpan di rumah terlalu lama akan mulai bergerak, membuat suara atau menunjukkan darah.

Untuk menyingkirkan orang vampir akan menyewa dhampire (putra vampir dan jandanya) untuk mendeteksi vampir. Untuk menangkal vampir, gipsi melaju jarum baja atau besi ke jantung mayat itu dan menempatkan bit baja di mulut, di atas, telinga mata dan antara jari-jari pada saat pemakaman. Mereka juga menempatkan hawthorn di kaus kaki mayat atau mengendarai saham hawthorn melalui kaki. Langkah-langkah lebih lanjut termasuk mengemudi taruhan ke dalam kubur, menuangkan air mendidih di atasnya, memenggal kepala mayat, atau membakarnya.

Terlepas dari gangguan kehidupan Gipsi oleh berbagai Eropa Timur rezim komunis, mereka masih mempertahankan banyak dari budaya mereka. Pada tahun 1992 seorang raja baru dari Gipsi dipilih di Bistritz, Rumania.


BATS dan Peti Mati (Coffins):

Kebenaran tentang vampir berubah menjadi kelelawar, baik, ada kebenaran sama sekali.Vampir tidak bisa berubah menjadi kelelawar. Seiring dengan hal peti mati, mereka tidak tidur sama sekali. Jika Anda pikir yang saya katakan ini karena Twilight Stephanie Meyar itu, youre salah. Saya melakukan penelitian tentang mitos-mitos, dan, 'vampir ahli' mengatakan, bahwa vampir JANGAN berubah menjadi kelelawar, tidur di peti mati, dan mereka tidak takut bawang putih, hanya saja hidung mereka sensitif dan tidak menyukaibau, itu tidak apa-apa untuk repell mereka. (Dan hal salib dan air suci MITOS juga).


Abad kedelapan belas VAMPIRE KONTROVERSI:

Hari ini semua orang akrab dengan Vampire, tapi di Inggris sangat sedikit yang diketahui tentang vampir sebelum abad ke-18. Apa vampir membawa ke perhatian masyarakat umum? Selama abad ke 18 ada menakut-nakuti vampir besar di Eropa Timur. Bahkan pejabat pemerintah sering mendapat diseret ke perburuan dan mengintai dari vampir.

Kontroversi ini bertanggung jawab langsung atas mitos vampir saat Inggris. Bahkan, Vampir-satunya kata bahasa Inggris datang ke pada 1732 melalui terjemahan bahasa Inggris laporan Jerman dari banyak dipublikasikan mengintai vampir Paole Arnold di Serbia.

Sarjana Barat dianggap serius keberadaan vampir untuk pertama kalinya bukan hanya menyikat mereka pergi sebagai takhayul. Semuanya dimulai dengan serangan wabah vampir di Prusia Timur pada 1721 dan di Kekaisaran Austro-Hungaria 1725-1734.

Dua kasus terkenal yang terlibat Petrus Plogojowitz dan Arnold Paole. Plogojowitz meninggal pada usia 62, tapi kembali beberapa kali setelah kematiannya meminta putranya untuk makanan. Ketika anak menolak, ia ditemukan tewas keesokan harinya.Segera Plogojowitz kembali dan menyerang beberapa tetangga yang meninggal karena kehabisan darah.

Dalam kasus terkenal Arnold lainnya Paole, seorang mantan tentara berbalik petani yang telah diserang oleh vampir tahun sebelumnya, meninggal saat pemotongan rumput kering.Setelah orang-orang mati mulai mati dan diyakini oleh semua orang bahwa Paole telah kembali ke memangsa tetangga.

Kedua insiden itu sangat baik didokumentasikan. Pejabat pemerintah memeriksa kasus dan tubuh, menulis mereka di laporan, dan buku diterbitkan setelah kasus Paole dan didistribusikan di seluruh Eropa. Kontroversi berkobar selama satu generasi. Masalahnya diperparah oleh orang-orang pedesaan memiliki epidemi serangan vampir dan menggali badan di semua tempat. Banyak sarjana mengatakan vampir tidak ada - mereka disebabkan laporan untuk penguburan prematur, atau rabies yang menyebabkan rasa haus.

Namun, Dom Agustinus Calmet, seorang teolog Perancis dihormati dan sarjana, mengumpulkan risalah hati-hati dipikirkan pada tahun 1746 yang mengatakan vampir memang ada. Hal ini memiliki pengaruh cukup besar pada ulama lain pada saat itu.Akhirnya, Austria Ratu Marie Theresa dikirim dokter pribadinya untuk menyelidiki. Dia mengatakan vampir tidak ada dan Permaisuri melewati hukum yang melarang pembukaan kuburan dan penodaan tubuh. Ini adalah akhir dari epidemi vampir. Tapi saat itu semua orang tahu tentang vampir dan itu hanya masalah waktu sebelum penulis akan menjaga dan cetakan vampir menjadi sesuatu yang baru dan jauh lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.menerima banyak eksposur media, tapi sejak sebagian besar telah didiskreditkan.



artikel asli : Read
Twilight